Senin, 18 Oktober 2010

Cerpen Dewasa

 Janji yang Tertunda

Marco menatap Jendra dengan tatapan kosong dan kuyu . Ia ingin menghentikan apa yang berkecamuk diotaknya semenjak Jendra menelponnya dan menangis sambil bercerita tentang kepedihan hidupnya tiga malam yang lalu . Berbagai pertimbangan dan keraguan mulai muncul dibenak Marco. Tapi dia berusaha memaksa buah pikirannya untuk tetap fokus . Ia lalu menatap lagi pada Jendra yang sudah mulai mabuk . Parasnya masih menyiratkan aura kecantikan . Tapi dahi dan pipinya tidak sanggup menutupi kalau usianya sudah mulai tua. Ia terdiam saja mendengar ocehan Jendra yang kadang - kadang diselingi tawa . Entah apa yang dia ucapkan atau apa yang ia tertawai . Terhitung kira - kira sudah hampir satu bungkus batang rokok mampir ditangan kusamnya sejak mereka duduk bersama . Dan Marco masih tetap tidak tahu atau mendengar dengan jelas apa yang Jendra bicarakan .Jendra tersadar kalau Marco memperhatikan tingkah lakunya yang mungkin aneh . Ia lalu menatap ke mata Marco , dihisapnya rokok yang tinggal seperempat batang sebelum ia mulai tersenyum kecil dan berujar ," Marco...kekasih sejatiku ... mengapa kau terdiam...kamu teringat masa lalu kita ? "Marco hanya menjawab dengan senyum tipis , namun matanya menyiratkan jika Marco sebenarnya ingin berkata lebih dari sekadar senyuman . Tapi ada bongkah batu besar yang seperti menahannya untuk berbicara ." Atau kau merasa aku sudah tidak semenarik seperti dulu ya ..sampai kamu memandangiku seperti itu .. " tanya Jendra dengan manja .Kali ini dia berbicara sambil mendekat dan mengelus - elus paha Marco . Sejenak kemudian , Jendra lalu menyandarkan kepalanya pada bahu tipis Marco . Tangannya masih tetap terus bergerak - gerak . Mencoba memancing dengan nakal .  Tapi Marco masih tidak meresponnya , ia hanya mencoba berpaling sambil menatap rambut dan batok kepala Jendra yang terlihat botak untuk ukuran wanita . Benaknya semakin berkecamuk dengan hebat .Ketika Jendra mendongakkan kepalanya dan memandang penuh harap pada Marco , barulah Marco tersentuh . Ia merasa kepalanya tiba - tiba pusing . Kilasan - kilasan masa lalu datang silih berganti . Bahagia ...sedih...perih...kata -kata indah , cacimaki ...umpatan...teriakan penuh sayang... dan yang lain datang bagaikan roll film yang diputar dengan kecepatan tinggi .Sampai sebuah momen yang  sangat kuat dimemorinya tiba - tiba berhenti , tepat saat Marco hendak menarik nafas panjang akibat sesak otak yang ia alami . Momen itu berhenti dan bergerak melambat seperti kibasan kain dari seorang matador dalam film  aksi yang diperlambat hingga 10 kali dari kecepatan aslinya .Seketika itu juga Marco mulai menunjukkan reaksinya , ia sentuh dengan lembut wajah Jendra dengan bahu telapak tangannya . Diusapnya semua bagian wajah  perempuan itu . Jendra membalasnya dengan tatapan yang semakin sendu . Marco kemudian membenamkan kepala perempuan yang pernah dicintainya itu kedalam pelukannya dengan penuh rasa sayang . Jendra terlihat seperti anak ayam yang kembali dalam pelukan induknya . Ia pun merajuk manja . Marco kemudian membalas rajukan itu dengan menciumi kepala Jendra dengan penuh rasa sayang yang lebih dalam . Jendra memejamkan matanya , ia ingin menikmati momen ini lebih lama .Sedetik kemudian .....  Dhuar..... Dhuar....Satu dua letusan terdengar menyalak dari arah dua insan yang sedang berpelukan itu . Mata Jendra terbelalak . Tidak jelas antara kaget karena timah panas yang tiba - tiba merangsek paksa tubuhnya atau merasa kesakitan kala malaikat dengan kasar mencabut ruhnya dari tubuh yang mulai keriput itu . Marco membalasnya dengan tatapan serta raut gamang.. ia merasa tiba - tiba area matanya penuh dengan air . Ia memejam - mejamkan matanya ,  mencoba untuk menahan agar air matanya tidak sampai lebih deras lagi mengucur . Tubuh Jendra ia dekap lebih erat lagi . Marco seakan hendak menunjukkan jika ia tidak akan meninggalkan Jendra sampai semua proses menyakitkan itu berlalu . Saat tubuh Jendra hendak mengejang untuk terakhir kalinya ... dengan bola mata yang kian berair Marco mengucap lirih...." Aku pernah berjanji untuk membebaskanmu dari kepedihan hidup ... maafkan baru sekarang aku bisa menepatinya ... pergilah merpati yang patah sayapnya ... jalani kehidupan lebih baik di alam sana ...tinggalkan dunia yang tak lelah melukaimu ini "Bersamaan dengan hentakan terakhir , bayangan gadis bersayap patah yang tersirat di kepala Marco selama bertahun - tahun belakangan mulai menghilang . Senyum pun terlihat tergurat diwajah gadis itu . Menghapus tatap mata dan raut wajah kosong  yang selama ini berdiam disana . Saat bayangan itu hendak sepenuhnya hilang , ia tersenyum pada Marco dan melambaikan tangannya. Marco pun tertunduk lemas .Malam itu .... Marco telah menepati janjinya pada Jendra seperti yang pernah ia sumpahkan 20 tahun yang lalu kala mereka masih jadi sepasang kekasih . Walaupun dengan cara yang lain , Marco benar - benar telah membebaskan Jendra dari kesemrawutan , kekotoran , frustasi , rasa lelah , perendahan diri , pencampakan , hinaan , umpatan , kemaksiatan ,serta ketidakmampuan untuk lepas dari belenggu kekacauan yang didapatkan semenjak ia dan Marco berpisah dan memutuskan untuk jadi pelacur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar